Pandemi Lekas Berhenti
Hallo,
Bagaimana kabar kalian? Semoga tetep baik ya. Semoga selalu dinanungi kesehatan dan keberkahan oleh Tuhan. Udah berapa hari kalian di rumah selama pandemi ini berlangsung? Kurang lebih sejak bulan Maret ya?
Bosen ya? Sama nih, kegiatan di rumah cuma merenung dan menghitung detik jam. Ya ngga lah, bercanda doang. Banyak aktivitas yang bisa dijalani saat di rumah aja. Misalnya bercocok tanam, nonton Netflix, main PS, dan sebagainya. Kalian bisa mengisi waktu di rumah untuk merealisasikan hobi kalian yang belum terlaksana karena belum ada waktu. Mungkin inilah waktu yang tepat.
Mari Bergeser ke topik pembahasan yang lebih serius. Semua orang pada akhirnya terkena imbas dengan adanya pandemi ini, baik sektor ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Yang sekolah dan kuliah diharuskan belajar dari rumah. Yang dulu berangkat kerja ke kantor sekarang work from home. Yang berdagang di pasar gak bisa jualan untuk mengantisipasi kerumunan massa. Yang biasanya ke masjid atau tempat ibadah, sekarang harus sembayang di rumah untuk sementara waktu. Yang mau nikah cuma bisa melaksanakannya di KUA dan masih banyak lagi.
Pertanyaannya utamanya, lalu sampai kapan badai pandemi ini akan berakhir? Aku juga gatau. Dari data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI per tanggal 10 Juni pukul 12.00 WIB, kasus positif COVID-19 sudah menyentuh angka 34.316 kasus. Wow...bisa dibayangkan teman-teman? Setiap hari terdapat peningkatan jumlah kasus positif dan belum diperoleh grafik yang melandai. Bisa disimpulkan, sepanjang terjadi penambahan kasus dan belum ada penurunan yang signifikan, bisa dipastikan pandemi ini akan lama berakhir.
Lalu apa solusinya? Apakah kita akan terus berada di rumah hingga badai ini benar-benar reda?
Jawaban sementara, pemerintah akan segera memberlakukan New Normal atau tatanan kehidupan baru. Intinya, kita secara berangsur-angsur dipaksa untuk beradaptasi untuk menjalani kehidupan sehari-hari sebagaimana sebelum pandemi ini menginvasi, dengan catatan tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dalam praktiknya. Misalnya, masyarakat tetap diminta memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter, dan selalu mencuci tangan.
Apa tidak malah lebih membahayakan jika membuka akses kehidupan seperti ketika normal?
Apa kasusnya tidak semakin banyak?
Aku juga khawatir teman-teman. Dengan adanya PSBB saja kasus positif semakin naik apalagi dengan pemberlakukan New Normal. Sebagian besar para ahli menyatakan bahwa seharusnya penerapan New Normal itu dilakukan ketika kasus positif COVID-19 sudah menurun, bukan malah memaksakan membuka pintu atas dasar alasan ekonomi dan sebagainya. Tambahan teman-teman, kampus tempat di mana aku belajar akan mulai menerapkan proses pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan COVID-19 yang ketat. Lalu apakah ini aman? Entah, aku juga khawatir. Meskipun kita sudah menerapkan protokol kesehatan, belum tentu menjamin tidak adanya kasus penularan. Toh kita bisa saja tertular karena kita tetap berkumpul. Kemungkinan itu selalu ada.
Intinya kita harus tetap waspada di tengah pandemi ini. Sebisa mungkin tetap di rumah saja, hindari berkumpul-kumpul. Karena apa, kita gak tau ya kan, kalau seumpama kita berada di dekat orang yang kelihatannya memang baik-baik saja, namun orang itu adalah carrier covid19. Yang perlu ditekankan adalah mencegah lebih baik daripada mengobati.

Komentar