Local and Total Football
Sepakbola tak dapat dipisahkan dari basis fans, sejarah,
prestasi dan tentunya bisnis. Lama ini sepakbola telah beralih fungsi dari
tujuan utama yang hakiki yaitu, gelar juara.
Sepakbola tak olahnya menjadi industri baru yang seakan menjamur
dan berkembang dengan cepat di tanah air. Betapa tidak, Sepakbola telah menjadi
ladang menghasilkan pundi-pundi keuntungan yang terbilang tidak sedikit. Bahkan
kalau dikalkulasi secara kotor, pendapatan dan keuntungan yang mengalir dari
tiap laga yang tersaji hampir pasti selalu berekor ratusan juta, itu baru satu
pertandingan saja teman-teman. Lalu bagaimana kalau satu musim, barang tentu
kalian bisa membayangkan bukan? (Ambil kalkulator)
Wajah sepakbola sekarang ini sudah menjelma dengan tampilan
wajah baru, pendapatan sebuah klub tidak hanya berasal dari tiket pertandingan
dari setiap laga teman-teman. Banyak pihak yang telah memberikan andil yang
besar untuk mengubah wajah lama sepakbola, menjadi lebih baik.
Pihak-pihak itu tak lain merupakan partner kerjasama dari
sebuah klub. Klub bisanya menjalin kerjasama kontrak dengan pihak sponsorship
dengan durasi dan besaran tertentu yang telah disepakati. Pihak-pihak tersebut contohnya
apparel olahraga, produk makanan, penyedia layanan jasa tertentu, dan masih banyak
lagi. Media partner dan sponsorship berkontribusi besar dalam membangun
kesehatan finansial tim untuk mengarungi kompetisi setiap musimnya. Bayangkan, dana
dari mana? Sebuah klub bola bisa berkompetisi kalau bukan dari sponsorship sebagai
pemasukan utama. Pihak sponsor sudah pasti berani menggelontorkan dana besar
untuk menyematkan logo produknya di jersey tim, juga di papan adboard yang
terpampang di tepi lapangan, contohnya Go-Jek dan Traveloka. Dalam perjalanannya, pihak
sponsor pasti memiliki beberapa pertimbangan khusus mengapa mau melirik tim
tertentu sebagai partner kerjasamanya. Tidak sembarang tim dipilih untuk
menjadi media promosi produknya teman-teman. Yang pasti, nama besar klub dan
basis fans akan menjadi indikator penting, alasan mengapa dipilihnya tim
tertentu untuk disponsori.
Lihat saja Persib Bandung, Arema, maupun juga PSS Sleman (yang notabenenya merupakan tim penghuni kasta kedua liga Indonesia). Bila diamati secara gamblang, banyak patch logo sponsor yang memenuhi setiap bagian
jerseynya, baik di dada, perut, lengan, dan juga pundak jersey pemain. Istilah
jawanya "ting trembel". Menurut saya hal ini akan mengurangi
estetika dari desain jersey tim tersebut. Tapi apalah daya, desain bagus pun
tidak lebih penting daripada kucuran dana segar yang didapat dari sponsor
tersebut.
Kembali lagi ke poin penting di atas. Bahwa nama besar klub
dan basis fans pastinya akan sangat berpengaruh besar terhadap alasan pihak
sponsor, mengapa menjatuhkan pilihannya. Nama besar sudah pasti menjadi nilai
utama dan alasan utama, karena popularitas yang telah terpancar akan mendorong
orang untuk membeli barang yang diiklankan, dalam hal ini produk dari pihak
sponsor. Lalu fans yang besar dan banyak, fans akan terdorong untuk membeli
barang yang diiklankan oleh tim kebanggaannya.
Lanjut, pendapatan klub selain dari kontribusi tiket dan
sponsorship juga berasal dari hak siar stasiun televisi, dalam hal ini kontrak
dari pihak penyiar pertandingan atau televisi, dan ini nilainya cukup besar.
Lalu ada lagi sektor yang cukup penting yaitu, merchandise
club. Ada bahasan yang cukup menarik untuk diperbincangkan mengenai hal ini.
So, langsung saja ke intinya. Kalau kalian merupakan fans sejati dari sebuah
tim, pastinya kalian sudah barang tentu memiliki koleksi atribut dari tim
kebangaan kalian. Semisal, jersey, scarf, sepatu, dan lain-lain. Contoh
konkretnya, bila kalian adalah seorang Slemanfans sudah pasti tahu alur
perputaran merchandise Pss Sleman ataupun supporternya, Brigata Curva Sud.
Ketika apparel resmi Pss Sleman, yaitu Sembada mengeluarkan produk berupa
jersey ataupun scarf, sudah dapat dipastikan, Official Storenya akan dipadati
dengan antrean yang mengular dari Slemanfans untuk membeli merchandisenya.
Lanjut, yang lebih mencengangkan adalah meskipun harganya cukup mahal. Saya mengutip celotehan dari seorang Slemanfans yang pernah berkata bahwa
lebih baik memakai produk ori meskipun bekas, daripada memakai produk baru namun
tidak asli ya buat apa? Mereka akan tetap membelinya beramai-ramai. Mereka
sadar bahwa dengan membeli produk yang ori dan lokal tentunya akan sangat memberikan
dampak dan kontribusi nyata untuk tim kebanggaannya. Selain itu mereka punya
wadah ataupun forum jual beli merchandise pss di facebook, yang mana di dalamnya menjadi medium transaksi merchandise bekas maupun baru bagi sesama fans.
Lalu, yang lebih menarik lagi adalah, harga jual second dari tiap item yang dijual itu teman-teman, menurut pantauan saya, justru bisa menyentuh angka dua
kali lipat atau malah tiga kali lipat dari harga tokonya. sungguh di luar ekspektasi kita yang berpikiran bahwa sudah barang tentu menjual barang bekas
akan menurunkan harga jual dari awal pembelian. Contoh konkretnya, jersey edisi
Cinta dan Dedikasi yang dikeluarkan oleh Sembada hanya dibandrol dengan harga
kisaran 350k, namun ketika dijual lagi ke orang lain, bisa menyentuh angka
950k. Di lain pihak juga ada yang menjualnya di atas satu juta. luar biasa
bukan? Dan harga semahal itu pun tidak mengendurkan nyali fans sejati untuk
tidak membelinya. Itulah sedikit gambaran mengenai merchandise.
At last, mungkin pemikiran klub-klub yang ada di Indonesia
saat ini adalah, uang lebih berharga daripada sebuah prestasi. Dengan dana besar,
mereka dengan mudahnya bisa menghambur-hamburkan uang untuk berbelanja pemain
ternama, yang nantinya akan menghasilkan sebuah kejayaan tim secara instan.
Namun, ada poin penting yang patut di kritisi, bahwa uang bukanlah segalanya,
bukan berarti mengesampingkan uang, karena uang juga penting. Akan tetapi,
Prestasi dan regenerasi akademi adalah hal yang lebih penting dari pada sekedar uang. Dengan prestasi dan bersemainya bibit-bibit pemain muda di kancah persepakbolaan Indonesia kedepannya memunculkan secercah harapan akan membumbung tingginya kejayaan timnas Indonesia di kemudian hari. Munculnya talenta
berbakat dan berharga bagi Indonesia kelak yang akan mengangkat Indonesia
menuju kejayaan. Itulah poin yang lebih penting, dari sekedar industri bola.
Salam, Andra Andriawan
Di sini

Komentar